Selasa, 27 September 2011

5 Fakta Seputar Sakit Kepala

nda merasa sakit kepala yang muncul disebabkan gangguan sinus? Jangan sampai salah pengertian. Faktanya, menurut penelitian, gangguan sinus tidak mengakibatkan sakit kepala.

Jika Anda sering mengalami sakit kepala, wajib mengetahui enam fakta yang dilansir dari Shine berikut. Tentunya, agar Anda bisa mencari solusi tepat untuk mengatasinya

1. Sebagian penderita migrain tak menyadarinya
Sebanyak 50 persen penderita migrain tidak menyadari bahwa mereka mengalami gangguan. Tipe sakit kepala ini menyebabkan rasa nyeri pada salah satu sisi kepala, disertai dengan mual dan sensitivitas  terhadap cahaya.

Namun, bisa juga Anda tak mengalami semua gejala tersebut. "Banyak orang keliru bahwa mereka hanya mengalami ketegangan di daerah kepala," ujar Jason Rosenberg, MD, direktur Johns Hopkins Headache Center.

Jason menganjurkan untuk menemui dokter, jika sakit kepala yang  diderita mengakibatkan Anda tak dapat bekerja. Anda mungkin memerlukan obat resep sekelas Triptan. Jika mengalami migrain kronis, Anda memerlukan obat pencegah setiap hari untuk menangkal serangan.

2. Tidak ada sakit kepala akibat sinus Lebih dari 90 persen orang berpikir bahwa mereka mengalami sakit kepala akibat sinus dan merasakan migrain. Banyak juga yang beranggapan hanya mengalami ketegangan di daerah kepala.
Sakit kepala migrain memang sering terletak di atas area sinus. Karena itulah, banyak orang yang keliru dan menganggap hal tersebut adalah sakit akibat sinus.

"Jika Anda sembuh setelah melakukan pengobatan untuk sinus, itu karena obat mengandung pereda nyeri. Untuk jangka panjang Anda memerlukan pengobatan migrain yang spesifik," ujar Brian Grosberg, MD, direktur Montefiore Headache Center di New York.

3. Makanan bisa jadi penyebab sakit kepala
Banyak makanan dengan bahan kimia yang dapat memicu migrain dan sakit kepala. Makanan-makanan yang harus dihindari adalah makanan yang banyak menggunakan monosodium glutamat (MSG).

Termasuk makanan bebas gula dengan pemanis buatan seperti aspartam atau sucralose. Jika Anda mudah mengalami sakit kepala, hindari Tyramine, senyawa alami yang terkandung dalam jeruk, pisang, alpukat,  daging olahan, keju, bawang dan kacang.

4. Perokok mengalami sakit kepala yang berbahaya
Perokok memiliki risiko tinggi mengalami jenis sakit kepala yang jarang ditemukan, tapi mengancam kesehatan. Hanya ada satu dari 1.000 orang yang mengalami 'rangkaian sakit kepala'.

Namun, hal ini cenderung terjadi pada perokok. Gejalanya meliputi sakit kepala parah pada salah satu sisi kepala dan merasa gelisah atau marah. Jika Anda mengalaminya, segera periksakan ke dokter karena sakit kepala jenis ini dapat membahayakan Anda dan orang lain.

5. Pembengkakan pembuluh darah di otak
Jika sakit kepala parah datang dengan sangat tiba-tiba, yang disebut para ahli kondisi thunderclap, serta merasa kehabisan energi, atau bahkan terbangun dari tidur, segera periksa ke dokter.
Karena, gejala-gejala ini dapat mengarah pada kondisi gangguan kesehatan berbahaya yang disebut dengan aneurisma. Yaitu kondisi di mana pembuluh darah pada otak membengkak seperti balon.

6. Botoks dapat mengobati migrain
Meskipun botoks dikenal sebagai pengobatan kecantikan, tetapi juga bisa mengatasi migrain. Hal ini pun telah terbukti secara ilmiah dan mulai banyak digunakan.

"Spesialis sakit kepala telah berhasil menggunakannya (botoks) untuk mengobati sakit migrain dan melemahkan migrain selama lebih dari sepuluh tahun," ujar Peter McAllister, MD, asisten profesor neurologi klinis di Yale University School of Medicine.

Para ahli percaya botoks dapat menghalangi sinyal saraf yang menyebabkan rasa sakit. Setiap kunjungan pengobatan, pasien akan mendapatkan 31 suntikan di tujuh area berbeda di sekitar kepala dan leher. Namun, jangan berharap suntikan akan menghilangkan kerutan wajah karena suntikan diberikan di daerah yang berbeda, dengan botoks untuk perawatan kecantikan.

5 Makanan Yang Bisa Memicu Keracunan

Mual, diare, sakit kepala, kram perut, hingga pingsan merupakan tanda-tanda seseorang mengalami keracunan makanan. Keracunan seringkali disepelekan, padahal jika tidak diantisipasi dan ditangani dengan baik bisa berujung pada kematian.

Tanda disadari, makanan yang selama ini sering Anda konsumsi juga bisa memicu keracunan. Untuk menghindarinya, ketahui lima makanan yang bisa memicu keracunan, yang dilansir dari Healthmeup.com berikut.

1. Telur
Tentu saja tidak semua telur beracun. Tetapi Anda harus tetap waspada karena telur mudah terkontaminasi bakteri Salmonella. Terutama jika Anda suka mengonsumsi telur setengah matang. Agar Anda terhindar keracunan akibat mengonsumsi telur, selalu beli telur dari tempat yang bersih. Cuci dulu telur sebelum menyimpannya dalam lemari pendingin. Selalu masak telur hingga matang sebelum mengonsumsinya.

2. Tuna
Tuna bisa terkontaminasi scombrotoxin, yang bisa memicu sakit kepala dan kram serius. Tuna yang baru ditangkap seharusnya langsung disimpan dalam es, karena jika terlalu panas tubuhnya dapat melepaskan racun. Racun tersebut akan sulit hilang meskipun sudah dimasak. Mengonsumsi tuna setengah matang juga berisiko membuat Anda mengalami keracunan.

3. Tiram
Tiram dan kerang merupakan hewan laut yang seringkali memicu keracunan. Hal ini terkait dengan kualitas air di mana mereka berkembang biak. Jika habitat air mereka tercemar, maka kemungkinan besar tiram juga terkontaminasi. Keracunan makanan yang disebabkan oleh kerang dapat biasanya menimbulkan gejala seperti muntah, demam, dan diare.

4. Kentang
Keracunan makanan karena mengonsumsi kentang memang jarang terjadi. Tetapi bukan tidak mungkin kentang dari varietas tertentu juga terkontaminasi bakteri atau limbah. Untuk itu, sebaiknya konsumsi kentang yang sudah dimasak dengan benar-benar matang.

5. Keju
Keju merupakan makanan yang sangat mudah terkontaminasi bakteri seperti  Salmonellaor Listeria. Bakteri tersebut secara ekstrim bisa memicu keguguran pada wanita hamil. Tidak heran jika banyak dokter menyarankan para wanita hamil untuk tidak mengonsumsi keju pada awal kehamilan. Sebaiknya hindari mengonsumsi keju jenis blue-veined, camembert, brie dan feta. Keju dalam kemasan adalah pilihan yang paling tepat dan aman untuk dikonsumsi.

Deteksi Tulang Rapuh Lewat Wajah

Rapuhnya tulang bisa membuat seseorang mudah mengalami cidera dan nyeri tulang. Mengetahui kerapuhan tulang tak hanya melalui pemeriksaan medis, tetapi juga wajah. Deteksi kerapuhan tulang lewat kondisi keriput yang muncul.

Menurut tim peneliti dari Yale School of Medicine di Amerika Serikat, wanita yang memiliki keriput lebih banyak, kondisi tulangnya cenderung rapuh. Hal ini membuat mereka lebih berisiko menderita osteoporosis yang menyakitkan atau patah tulang yang sulit disembuhkan.

Para peneliti menganalisis 114 wanita usia 40-an dan awal 50-an yang baru melewati masa menopause. Tidak termasuk mereka yang telah melakukan suntik botoks atau prosedur kosmetik lain, demi mengurangi kerutan.

Keriput pada 11 titik wajah dan leher para responden lalu dihitung. Kedalaman keriput pada titik-titik tersebut juga diukur. Peneliti juga mencatat kekencangan kulit di area dahi dan pipi. Lalu, dengan menggunakan teknologi sinar-X kepadatan tulang mereka diukur.

Dari hasil analisis, wanita yang memiliki kondisi keriput parah diketahui memiliki tulang yang lemah. Jadi, bukan hanya kondisi keriput parah, tetapi juga tulangnya pun dalam kondisi yang lemah.

"Kami menemukan, keriput yang dalam dan parah berhubungan dengan kerapuhan tulang. Makin buruk keriput, makin parah kerapuhan tulang. Meskipun hubungan antara tulang dan kulit tampak jelas, keduanya dibangun oleh hal yang sama yaitu kolagen," kata salah satu peneliti, Lubna Pal, yang juga berprofesi sebagai ahli hormon, seperti dikutip dari
Daily Mail.
Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen juga berubah dan berdampak pada kondisi kulit, yaitu keriput dan kulit yang mengendur. Produksi kolagen yang menurun juga memicu penurunan kualitas dan kuantitas tulang.

"Kami ingin mengetahui apakah intensitas keriput kulit dapat memungkinkan identifikasi wanita yang berisiko mengalami kerapuhan tulang," kata Pal.

Ia juga menekankan pentingnya penelitian ini. Itu karena ditemukan bahwa tampilan dan sifat fisik kulit dapat mencerminkan kualitas tulang. Sehingga, memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi risiko patah tulang pada wanita pasca-menopause tanpa tergantung pada serangkaian tes yang mahal.